بسم الله الرحمن الرحيم


Selamat Datang


Istana Cerita sebuah blog berbahasa Melayu, sebahagian besarnya dalam bahasa Malaysia, namun ada beberapa kata yang saya ambil dari bahasa Indonesia dalam usaha memudahkan penyampaian. Ada kata yang jarang kita dengar, namun tetap dapat difahami setelah melihat seluruh isi ayat.

Istana Cerita terisi berbagai himpunan genre, sebahagian besarnya tentang pengalaman perjalanan dan foto kenangan dan selebihnya tentang hal-hal yang menarik pada pandangan penulis.

Penulis dedikasikan blog ini buat semua, khasnya kepada pengagung bahasa Inggeris yang semakin bercambah di negara kita tercinta, Malaysia. Dan mengajak mereka berfikir atau paling tidak bantu beri
ilham supaya mereka yakin betapa teks dalam bahasa Melayu juga boleh diolah dengan baik dan disusun cantik membentuk himpunan kata-kata yang tak kalah hebat berbanding bahasa-bahasa lain di dunia. InsyaAllah.

Sebahagian tulisan di sini ialah tulisan lama usungan dari laman multiply penulis yang kini sudah dibubar.

Sekian. Selamat memabaca





INDON ASINGKAN DIRI

Maafkan saya kiranya judul di atas mengundang rasa marah beberapa sahabat. Judul di atas sebenarnya merupakan tajuk utama sebuah artikal dalam akhbar (koran) Harian Metro bertarikh 2 Julai 2007. Saya tertarik untuk mengulas artikal ini berkisar tentang pendatang Indonesia yang telah menetap lama di Malaysia tetapi masih tidak mahu bercampur-gaul dengan masyarakat tempatan (warga Malaysia). Artikal ini ditulis berdasarkan pengamatan wartawan akhbar tersebut di Kampung Pandan, Kuala Lumpur.

Antara lain, wartawan itu melaporkan biarpun ada di kalangan pendatang Indonesia itu telah mendapat taraf penduduk tetap (PR) dan sebahagian lagi telah menjadi warganegara, mereka tetap tinggal dalam kelompok komuniti mereka yang 'terasing' walaupun sebenarnya tinggal sekampung dengan masyarakat melayu tempatan (lokal). Mereka itu telah disifatkan sebagai 'sombong' oleh penduduk setempat kerana keengganan mereka untuk turutserta dalam kegiatan sosial yang dianjurkan Jawatankuasa Kemajuan dan Keselamatan (JKKK) kampung tersebut. Sebaliknya, mereka lebih gemar berkumpul sesama sendiri.

Menurut seorang penduduk; Masyarakat di Malaysia, orang Melayu khasnya tidak pernah  memencilkan pendatang Indonesia, sebaliknya pendatang Indonesia itu sendirilah yang tidak suka bergaul dengan orang Melayu. Menurutnya lagi, sikap seperti itu menimbulkan rasa kurang selesa dan curiga pada penduduk tempatan.  

Dari tinjauan Harian Metro, pendatang Indonesia ini dilihat hidup dalam komuniti mereka, memilih jiran di kalangan komuniti mereka dan membuka perniagaan seperti warong dan kedai runcit untuk komuniti mereka sehingga ada beberapa tempat berkembang menjadi pekan (small town) sebagaimana petempatan mereka di negara asal (little Indonesia).

Ulasan saya: Secara peribadi, saya bersetuju dengan apa yang dilaporkan Harian Metro ini. Selama bersahabat dengan beberapa pendatang Indonesia, saya sendiri menyaksikan perkara serupa. Mereka bukan sekadar tinggal terasing dalam komuniti Indonesia, sebaliknya turut terpecah mengikut kumpulan etnik - Lombok sesama Lombok, Kerinci sesama Kerinci, Acheh sesama Acheh dan Madura sesama Madura. Pernah satu ketika semasa melawat rakan asal Kerinci di Ulu Klang, saya lihat ketika sembahyang berjemaah pun mereka lakukan sesama mereka di surau yang dikelolakan komuniti mereka sedangkan tidak sampai 50 meter di hadapan wujud sebuah masjid milik JKKK kampung yang turut sembahyang berjemaah.

Saya pernah bertanya kepada rakan asal Kerinci itu tentang soalan - Mengapa komunitinya mengasingkan diri dengan penduduk kampung?. Jawapannya: Kerana orang kampung bersikap prajudis kepada pendatang. Pada saya, sebenarnya semua pihak saling tidak percaya. Sebenarnya; tak kenal maka tak cinta.     

51 ulasan:

  1. hmm setuju..tak kenal maka tak cinta. makanya saya berusaha kenal fazli...hahaha...

    BalasPadam
  2. kalau menurut saya sih, untuk hal2 seperti gini tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja. Sama dengan pendatang yang datang ke Indonesia-lah, banyak faktor yang perlu diteliti, entah itu historis ataupun lain2nya. Dan kayaknya kita butuh ahli sosiologi deh untuk hal2 seperti gini.

    BalasPadam
  3. Jangankan di Malaysia, di Indonesia sendiri etnis2 tertentu saja kalau di rantau suka membaur dengan komunitas mereka sendiri, misalnya jawa dengan jawa saja, sunda dgn sunda, Batak dengan batak...Betul tidak???
    dan kalau dengan beda suku mereka tetap ramah dan saling sapa aja, dan jarang sekali akrab...prinsipnya selama tidak saling menganggu satu dengan yg lain...Jujur aja saya juga dekat dengan teman2 yg asal Sumatera saja kalau dalam hal masalah curhat, dan lain2, soalnya nanti takutnya beda tata krama, budaya dan adat yg dianggap wajar bagi kita belum tentu diterima oleh suku lain...tapi tetap bersosialisasi dan bergaul juga dgn suku2 lain....tapi prinsipnya selama ngga saling ganggu Tak kisah lah....

    BalasPadam
  4. Betul, setiap kelompok apalagi kalau mereka itu minoritas akan cenderung mengumpul pada orang-orang yang satu asal, satu dialek atau satu kampungnya. Tidak hanya di Malaysia saja, disinipun -sebagaimana yang dikatakan rekan2 lainnya- di Indonesiapun sama saja bahkan diseluruh duniapun demikian. Hal ini pun banyak terjadi pada mahasiswa-mahasiswa asal daerah bahkan asal Malaysia sekalipun, mereka pasti juga akan mengelompok sendiri. (sering saya lihat disini)
    Perbedaan budaya sendiri juga nampak besar sebagai salah satu faktor kenapa mereka cenderung menyendiri. Itu salah satu faktor...jadi harus dilihat jangan dari satu sisi belaka

    BalasPadam
  5. Komen la sedikit... ;-) sekurang-kurangnya dapat kongsi pendapat

    BalasPadam
  6. Ya.. setuju. Tapi buat sementara waktu ini, kita hanya mampu saling kenal lewat maya.

    BalasPadam
  7. Betul tu. Tapi sebolehnya hal seperti ini perlu diminimumkan supaya tidak timbul rasa curiga mana-mana pihak. Kalau-dibiarkan, lama-lama nanti wujud permusuhan.

    BalasPadam
  8. Mungkin untuk tinggal sementara tidak mengapa. tapi kalau terus menetap, berumahtangga dan berkeluarga, lebih baik perkara semacam itu dielakkan.

    BalasPadam
  9. Maka itu di Malaysia, setiap suku tidak kira Jawa, Banjar, Bugis, Minang, Boyan (Bawean), Mandailing dan lain-lain yang beragama Islam tetap menggelar diri mereka sebagai Melayu. Cuma pengasingan antara ras Melayu, Cina dan India yang belum berhasil disatukan. Entah bila masanya.............

    BalasPadam
  10. benar juga, apalagi kita yg menetap lama di negara orang, sepatutnya bersosialisasi dengan penduduk tempatan agar tak terjadi perkara macam nih...

    BalasPadam
  11. Tak menagpa... asalkan sudi baca, tak menagapa

    BalasPadam
  12. Kalau etnis China dan India, jangankan di Malaysia di Indonesia juga mereka tak berbaur...Walau di kampungku banyak mayoritas China, jarang sekali saya bersahabat dgn etnis ini karena mereka agak menutup diri dgn komunitas lain...Walau wajah2 orang Palembang banyak yg mirip China...

    BalasPadam
  13. Betulkah? mungkin wajaumu juga mirip cina ?

    BalasPadam
  14. Kalau di Malaysia. Istilah 'Indon' masih lagi digunakan bagi merujuk warga Indonesia. Judul artikal tersebut menggunakan istilah 'Indon'

    BalasPadam
  15. Betul, banyak orang Palembang yang mirip China, tak aneh walau wajah mirip China di Palembang ternyata bukan orang China... tapi aslinya mereka Melayu...Apa saya mirip China juga? he he he...Pernah juga saya disangka China ketika belanja di kedai dan nak bayar, penjual panggil saya Koko...he he he...

    BalasPadam
  16. Ini salah satu contoh wajah saudara saya yg mirip China namun asli Melayu :

    BalasPadam
  17. ya, kerana itu saya tidak lagi menggunakannya. tapi saya tak mampu menghalang orang lain dari mengunakannya

    BalasPadam
  18. Dimanapun kelihatannya akan cenderung seperti itu. Orang akan berkumpul dengan yang lain yang memiliki kesamaan. Peran masyarakat tempatan lah yang diperlukan untuk approach kepada kelompok yang kelihatan memisahkan diri. Kalau di indonesia kan ada sistem rukun tetangga atau rukun warga. Sedikit banyak sistem tersebut dapat efektif untuk sosialisasi masyarakat dalam satu wilayah tertentu.

    Di malaysia adakah sistem semacam itu? Menurut pengamatan saya tidak ada. Apalagi masyarakat yang tinggal di condo atau apartment, akan terasa individualis. Pendatang indonesia yang berkelompok 'terasing' menurut pengamatan saya adalah masyarakat dengan strata ekonomi dan sosial tertentu. Kontak sosial dengan orang tempatan hanya terjadi bila orang tempatan mempekerjakan pendatang indonesia tersebut. Apakah dalam kegiatan sosial lain pendatang indonesia diikut sertakan oleh orang tempatan? Saya belum pernah melihatnya.

    BalasPadam
  19. Iya Li..jujur aja membaca kata 'Indon' saja rasanya kurang enak....jujur
    Lebih suka disebut Indo saja..tanpa tambahan n

    BalasPadam
  20. Di Malaysia, Program kemasyarakatan seperti yang saudara sebutkan itu banyak sekali. Rukun Tetangga adalah salah satu nama program seumpama itu di Malaysia. Kalau di peringkat kampung, aktiviti kemasyarakatannya lebih menyerlah dan sangat berjaya berbanding dengan di bandar. Maka itu, kita lihat para penghuni kediaman di apartment dan kondominium jarang dimasyarakatkan lebih-lebih lagi kerana penghuninya terdiri dari berbilang ras.

    Berbalik kepada perkara pokok: Memang pendatang Indonesia yang tinggal terasing itu datangnya dari golongan berpendapatan rendah. Kerana itu, mereka memilih tinggal di kampung-kampung di pinggir bandar yang murah biayanya. Kalau orang Indonesia yang terdidik dan mampu seperti saudara, mana mungkin memilih untuk tinggal di kawasan setinggan di pinggir bandar yang sesak, padat dan tidak terjamin kebersihannya.

    Apa yang dilaporkan oleh Harian Metro (termasuk pengamatan saya sendiri), kawasan penempatan di pinggir bandar bukan setakat dihuni pendatang Indonesia yang kurang mampu, malah turut didiami oleh orang tempatan sama ada penduduk asal kawasan itu ataupun penghuni yang berhijrah dari kawasan lain. Di kawasan inilah terjadinya pengelompokan masyarakat. Masing-masing pihak menuduh pihak lain mementingkan diri sendiri. Keadaan ini menimbulkan banyak masalah kerana setiap kelompok saling curiga mencurigai. Semangat hidup bermasyarakat dan bermuafakat seharusnya ada pada setiap individu tidak kira dari kelompok manapun mereka. Pada saya, anak dagang tak kiri dari manapun asal mereka perlu pandai menyesuaikan diri.

    BalasPadam
  21. assumption ? saya persilahkan bang fazli untuk singgah ke flat tempat saya tinggal... :d

    BalasPadam
  22. saya tinggal di apartemen di Sri gombak...ada kumpulan bagi penghuninya dan saya selalu ikut dalam pertemuan warga ( yg terkahir tak datang sebab ad ahal..heehhheee..)...justru banyak dari warga malaysia yg tidah hadir dalam sosialisasi tersebut, baik china maupun melayu...saya aktif menyuarakan tentang penting nya bergotong royong ( ini baik untuk saling berkenalan satu dengan yg laen )...adanya komuniti terasing itu wajar sahaja..dimana2 negara pasti ada.....malahan warga indonesia lebih akrab dengan melayu daripada melayu dengan china or india....ya sudahlah mengapa ada sebagian orang indo yang mengasingkan diri..mungkin belum kenal...dah belum sayang....mari kita saling mengenal dan saling menyayang......invite kami..kenal kami....kami hanya tetamu disini.....

    BalasPadam
  23. Ya, semuanya berdasarkan andaian. Tapi saya tau sangat mana letaknya Pangsapuri Mawarsari. Tak jauh dengan office (HQ) saya. Wpun mungkin Idi kurang selesa tinggal disana, tapi cubalah jalan-jalan ke Kampung Kemensah, Kampung Pasir, Kampung Kerinci dan kampung-kampung setinggan yang lain yang banyak dihuni pendatang Indonesia yang berpendapatan rendah. Keadaan tempat tinggal mereka jauh lebih daif.

    BalasPadam
  24. another assumption...hehe. Insya allah saya akan senang hati berkunjung ke tempat saudara kita dimanapun mereka berada.

    BalasPadam
  25. 'pasti ada yg kurang berkenan'....sebaik saja saya meliat judulnya entry si Fazli
    Iya neyyy, En. Fazli sebut aja sepenuhnya *lirik2 sama Cak Nono*

    BalasPadam
  26. Mungkin apa yg ditulis di akhbar (koran ) ada betulnya, contohnya sekitar daerah saya ini punya 2 daerah dimana ramai pendatang dari Indonesia yg mendapat taraf PR tinggal dan bermastautin.
    Kampung Sungai Penchala & Kampung Sungai Kayu Ara yg kebanyakkan dari etnis Bawean, Kerinci, Madura dll.

    Memang kalo kita amati meraka hidup dalam komunitas meraka sendiri, yahhh biasa.....tiada yg anehnya, kerana kita sendiri yg penduduk lokal juga bersikap sedemikin terutama yg di kota2 besar. Jiran tetangga juga pada tidak kenal...he he he...

    Apa yg saya maksudkan situasi ini normal di Kota2 besar kayak KL ato Jakarta...manusia hidup dlm kolompok mereka sendiri...he he he.....

    Beda sama di kampung.....penduduk lokal, penduduk lokal taraf PR, para TKI, para TKI gelap...sama2 ngopi di warung sambil nonton SMACKDOWN.....ha ha ha.....

    BalasPadam
  27. hehe... betul juga bang jimmy... tidak di KL tidak di Jakarta, memang kehidupan kurang lebih seperti itu. Tapi semoga kita tidak terikut arus yang seperti itu.

    BalasPadam
  28. Kami sebagai orang tempatan tidak ada masalah untuk kenal dekat dengan pendatang dari mana-mana negara sekalipun. Lebih-lebih lagi dari Indonesia yang punya banyak kesamaan bahasa dan budaya. Tetamu harus dilayan selayaknya sebagai tetamu. Cuma, untuk pendatang yang terus tinggal menetap lama dan berkeluarga di Malaysia, kami kira mereka seharusnya sudah menjadi sebahagian daripada kami, bukan lagi tetamu.

    Ada di antara pendatang Indonesia ini telah ke Malaysia sejak tahun 80-an. Di kalangan mereka, ada yang telah mendapat taraf PR dan kalau bernasib baik, ditawarkan jadi warganegara. Apa yang menjadi isu, mereka yang telah tinggal lama di sini masih tetap hidup dalam komuniti mereka. Untuk jangka masa yang lama seperti itu, mereka seharusnya sudah sebati dengan penduduk tempatan. Tapi itu tidak berlaku, mereka tetap memilih untuk hidup sendiri-sendiri bersama komuniti mereka tanpa banyak bergaul dengan penduduk asal. Itulah yang dipersoalkan.

    BalasPadam
  29. saya sebagai rakyat malaysia juga amat bersedih kepada rakyat saya sendiri.
    kerana kebanyakkannya suka menghina orang indon dimalaysia
    orang indon pula takut identiti mereka akan diketahui orang malaysia.
    ini kerana kebanyakan orang minang/ocu berniaga.
    mereka takut perniagaan mereka teganggu.

    BalasPadam
  30. Oohhhh. orang Minang tu orang ocu ke?

    betul tu. Ramai orang Malaysia yang suka menghina orang Indonesia. Lihat saja komen SMS dalam Metro dan Kosmo. Ramai yang menghentam orang indonesia. Tapi orang Indonesia pun kena faham kenapa mereka selalu dihina.

    Saya rasa perkara-perkara seperti dibawah perlu dihindar supaya mereka tidak lagi menjadi objek hinaan:

    1. Duduk bersila, mencangkung, melepak & baring ditempat-tempat awam yang ramai dikunjungi manusia. (mungkin mereka selalu mempraktikkan pelakuan serupa semasa di negara asal. Lihat saja di kaki lima jalan-jalan di sana, ramai yang baring dan tidur sesuka hati)
    2.Terlalu menonjolkan identiti (tanpa sengaja) melalui cara berpakaian. Contoh, baju warna hitam dengan imej rock, Seluar kembang bawah (boot cut) dan berpakaian berlapis-lapis walaupun cuaca panas.
    3. Berkumpul dalam kumpulan yang ramai dan berbicara dalam bahasa Ibunda (bahasa daerah) dengan nada yang kuat menjadi tumpuan orang lain.
    4. Selalu bersenggayut dalam kenderaan awam (bas, Komuter & LRT) semasa berdiri.
    5. Membuang sampah sesuka hati di tempat awam (pelakuan serupa turut dilakukan orang tempatan)

    bagaimanapun, orang Indonesia asal Sumatera mudah terasimilasi dengan penduduk tempatan hingga mereka sukar dibezakan.

    BalasPadam
  31. hi hi hi....Indonesia itu besar En. Fazli...kelompok yg En. Fazli nyatakan di atas ini dibilang 'Orang2 Kecil' yg datang dari kampung2 jauh dipendalaman dan tahap pendididikan rendah tentunya. Ini menjadikan ketrampilan, gaya hidup meraka agak kekampungan di tengah2 Kota Metropolitan, tetapi semakin lama meraka menetap di kota besar gaya hidup itu bisa berubah pastinya. Buat saya apa yg penting tidak melanggar hukum dan undang2 dan malakukan jenayah kriminal.....

    BalasPadam
  32. Yang penting itulah....tidak berbuat jahat diwilayah orang

    BalasPadam
  33. Saya tahu hal itu. Mereka yang datang ke Malaysia ini majoritinya 'orang keci'l. Dulu saya ingat, semua orang Indonesia punya gaya yang sama seperti orang-orang Indonesia yang biasa saya nampak di negara kita, tapi selepas saya ke Surabaya, baru saya perasan yang penampilan mereka sama saja dengan kita.

    Oleh kerana ramai 'orang kecil' itu datang ke Malaysia, ramai orang Malaysia menyangka gaya penampilan semua orang Indonesia sama seperti apa yang kita lihat di sini.

    BalasPadam
  34. Kalau aku kesana kelak, pasti beda dech...hehee

    BalasPadam
  35. Nanti, pasti kamu akan disangka pelancong lokal.

    BalasPadam
  36. yahh gak sabar nih menunggu tamu yg jauhh....xixixi....

    BalasPadam
  37. Al Muslimu Akhul Muslim...
    Semoga tetap kekal persaudaraan...

    BalasPadam
  38. Interesting news...
    Faz, saya duduk kat M`sia ada 5 thn dan bersekolah disana. Tapi ga ada tuh rasa mengasingkan diri...we have a very good relationship with the society . Malah still keep in touch with my best friends whose originally from malaysia until now, and even more like family. Tak semua macam tu lah Faz. Kena lihat jugak kan, their background tu ,perhaps they haven`t enough self confidence to get involved with the community, for lately there are some bad news about their appearance especially for those who work at low level job. What a nice thing if we could respect each other..kan. InsyaAllah everthing is going to be better.

    BalasPadam
  39. betul tu.. Tak semua orang Indonesia mengasingkan diri. Mereka yang mudah bergaul dengan komuniti tempatan itu hanya golongan atas dan pertengahan. Yang mengasing diri hanya mereka yang berpendapatan rendah dan berasal dari kawasan pedalaman Indonesia. mungkin mereka menjadi begitu kerana berasa rendah dan menganggap semua yang berada di sekeliling mereka orang senang. kerana jumlah mereka yang berpendapatan rendah ini lebih ramai di Malaysia, jadi mereka lebih mudah diperhatikan.

    BalasPadam