Setelah sekian lama para pejuang bahasa merungut, membantah dan berdemonstrasi sana-sini, kini akhirnya suara mereka mendapat perhatian kerajaan. Hari ini, Buliten Utama TV3 memberitakan tentang pemberian kuasa baru kepada Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP) untuk memantau dan menegur penyalahangunaan bahasa Melayu di papan-papan iklan.
Biarpun kuasa itu disertakan dengan denda ringan terhadap mereka yang gagal akur kepada penggunaan Bahasa Melayu yang betul, namun diharap sedikit sebanyak ia mampu untuk menggerakkan pelbagai usaha besar pada masa akan datang.
Sebenarnya denda RM1000 kepada pesalah bahasa itu terlalu kecil dan tidak setimpal dengan kesalahannya mereka meremehkan bahasa rasmi tunggal negara. Kesalahan tersebut pada saya boleh dianggap menjatuhkan maruah Malaysia, satu bangsa berdaulat dan beridentiti.
Apa yang saya khuatir, selepas ini semakin ramai pihak yang sengaja tidak menggunakan Bahasa Melayu kerana takut didenda. Sebenarnya, satu lagi perkara yang perlu diberi perhatian adalah mewajibkan semua pihak menggunakan Bahasa Melayu dalam iklan papan tanda, risalah dan apa saja bahan yang dikeluarkan mereka. Biarpun ketika ini ada syarat menyatakan penggunaan Bahasa Melayu adalah wajib bagi setiap risalah iklan, namun syarat itu bebas dilanggar banyak pihak tanpa dikenakan sebarang hukuman. Paling aneh, bahasa lain yang tidak pernah menjadi syarat boleh digunakan dengan meluas.
Diharap selepas ini, DBP dapat juga memantau jabatan-jabatan kerajaan yang gagal melaksanakan peraturan mereka. Takkan Melayu Hilang Di Dunia .
Jadi ingat masa sekolah dulu, kita semua diperintahkan berbahasa Indonesia bahkan dengan kawan sendiri (dalam rangka pekan berbahasa Indonesia yang baik dan benar), padahal dengan teman-teman sekelas kita biasa berbahasa Jawa saja...akhirnya karena kita tidak biasa dengan bahasa Indonesia dalam konteks tidak resmi akhirnya curi-curi berbahasa Jawa setelah tidak ada gurunya...hehehehehehe.
BalasPadamMengingat masa itu jadi pengen ketawa sendiri. Mana guru Bahasa Indonesianya curhat (share) ke aku lewat tulisan yang mencerminkan kecewanya beliau tentang bandelnya kita-kita ini...
Klik sini : Selamat membaca dan silahkan diresapi maknanya...:)
BalasPadamPada saya, bahasa apa pun yang kamu tuturkan selagi ia berkerabat dengan bahasa Indnesia itu tidak mengapa. Di Malaysia malah lebih teruk. Ada yang berbahasa Mandarin, Hokkien, Kantonis, Tamil dan Telugu lagi. Yang ini gimana...............?
BalasPadamPada saya, bahasa apa pun yang kamu tuturkan selagi ia berkerabat dengan bahasa Indonesia itu tidak mengapa. Di Malaysia malah lebih teruk. Ada yang sampai berbahasa Mandarin, Hokkien, Kantonis, Tamil dan Telugu lagi. Bahasa-bahasa yang langsung tidak berakar dari nusantara. Yang seperti ini gimana...............?
BalasPadamNah ini yang repot, berarti proses asimilasinya belum berhasil, dan masing-masing kelompok sulit melebur. Syukurnya bahasa-bahasa disini masih berkerabat meski perbedaannya sangat jauh.
BalasPadamSejauh ini meskipun ada program berbahasa Mandarin, tetapi jarang sekali media-media berbahasa Cina dan itupun hanya dikalangan tertentu. Paling-paling yang memusingkan kami adalah merajalelanya penggunaan bahasa Inggris diiklan-iklan, macam bukan Indonesia saja akhirnya..dan masalah ini juga perlu ditertibkan.
Wah-wah...online toh?
BalasPadam