di satu pagi di Desa Karangrowo |
Kota Kudus masih sunyi. Masih gelap di mana-mana. Tak banyak kenderaan lalu-lalang pada waktu begini. Terdengar sayup dari jauh suara orang mengaji, mengalun ayat-ayat Al-Quran menandakan hampir masuknya waktu subuh. Aku masih berjalan mundar-mandir mencari Agos di segenap ruang di terminal. Malangnya tak terlihat pun sosok dia di mana-mana. Yang ada hanya dua orang laki-laki sedang tidur di bangku-bangku menunggu, seorang ibu yang sedang siap-siap buka warung untuk jualan di pagi hari dan seorang lelaki berdiri kaku tak bergerak bak patung di belakang terminal. Rupanya lelaki itu sedang membuang air kecil lalu tergesa-gesa memusingkan badan bila diperhati.
Aku berjalan lagi mencari Agos yang barangkali tertidur di mana-mana. Menurut Nono, Agos sudah menunggu di terminal ini sejak jam 3 pagi lagi. Namun hampa, Agos masih tak nampak bayang. Aku pula yang berasa takut bila tiba-tiba disapa “hoi” oleh suara yang entah datang dari mana. Nadanya marah tak pasal-pasal. Lelaki yang tidak dikenali itu langsung menyambung maki dalam bahasa Jawa. Kerana curigakan sesuatu yang buruk bakal menimpa, aku segerakan melangkah mencari ruang untuk bersembunyi. Aku terlalu takut, lebih-lebih lagi ketika bersendirian di sini. Sahabatku Nono sudah tidak lagi di sisi. Bas ekspress yang kami naiki dari Malang telah membawa Nono jauh meninggalkan aku. Agos pula, yang katanya sedang menunggu masih tak kelihatan. Telefonnya juga tak berangkat sama sekali. Mujurlah terpandang sebuah musollah di depan. Aku segera ke sana , memencilkan diri dan langsung solat subuh sebaik sampai waktunya. Alhamdullillah Agos ada di luar setelah aku selesai bersembahyang. Aku menghela nafas lega.
Matahari baru memancarkan sinar di Desa Karangrowo. Aku di bawa Agos ke rumahnya di sini. Jauh rupanya Desa Karangrowo dari kota Kudus. Jalan desa ini sudah bertar di bahagian depan. Di belakang masih ada lopak-lopak tanah merah. Debu-debu berterbangan bila dua kenderaan berselisih. Di kiri-kanannya ada sawah yang luas terbentang. Sejalur dengannya ada sungai mengalir perlahan. Menambah indah suasana desa yang sering aku bayang-bayangkan. Aku suka suasana begini. Rumah-rumah kampung berdindingkan papan dan batu bata tanpa plaster. Serasa pernah aku alami semua ini. Aku dejavu.
Pada pagi yang indah ini, aku dihidangkan sarapan berupa nasi berlaukkan sambal terasi (belacan), tempe goreng dan ayam kukus berbumbukan bawang putih, halia dan serai. MasyaAllah, enaknya. Sambalnya sama seperti buatan ibu. Tak pernah aku nikmati sambal seperti ini di Malaysia melainkan di rumah-rumah orang keturunan Jawa. Kini aku cicip sambal serupa di tanah leluhur ibuku sendiri. Lebih aroma, lebih Jawa. Makanan enak inilah jadi juadahku selama menginap di sini. Pagi, siang dan malam.
Rumah Agos berdindingkan batu. Depannya ada anjung berlantai jubin warna hijau, tempat berkumpul seluruh keluarga dan tetangga terdekat di waktu petang. Indah di luar, ‘indah’ juga di dalam. Bilik tidur, ruang keluarga dan dapurnya berlantaikan tanah. Setiap ruang tidak terisi apapun. Ruangnya kosong tanpa perabut. Yang ada hanya TV di atas sebuah meja buatan sendiri. Itulah satu-satunya. Kami sering menonton sinetron sambil baring beralaskan plastik agar terasa lebih selesa. Ternyata ia sangat selesa. Bagaimana dengan bilik mandi? Jangan ditanya, rumah ini tak punya kemudahan itu.
Melihat berita di TV, rupanya media Indonesia masih mahu berkonfrantasi. Terbaru, Manohara diberitakan telah tampil membawa bukti bergambar. Ganjil, setelah sekian lama dakwa didera, baru kali ini Manohara mendapat ilham mengemukakan bukti seperti itu. Barangkali kes Siti Hajar telah banyak memberi ilham kepadanya. Kerana itu dia juga mahu tampil mendedahkan gambar-gambar tubuh kononnya luka-luka didera suami masih terkesan. Entahlah. Sekurang-kurangnya aku lega tinggal di sini. Warga Karangrowo tak seorangpun membicarakan soal itu. Termasuk hal apapun yang berkaitan hubungan Malaysia-Indonesia. Entah kerana mahu menjaga sensitiviti atau mungkin memang mereka tak tahu langsung tentang itu, aku kurang periksa. Mungkin kerana sibuk mencari sesuap nasi, mereka tak punya kesempatan menonton TV. Selama tinggal di desa ini, senaskah surat kabar pun belum pernah aku temui.
Di daerah ini, aku serta Agos sekeluarga sempat berkunjung ke Makam Sunan Murya. Makam salah seorang dari sembilan para wali, penyebar agama Islam paling sohor di Pulau Jawa. Makamnya tinggi di puncak bukit. Kami terpaksa mendaki untuk sampai ke sana. Tidak jauh dari situ ada air terjun. Dingin airnya jadi penawar paling mujarab menghilang rasa penat.
Kami juga sempat ke Pantai Kartini, Kabupaten Jepara. Sejauh 2jam perjalanan dari Kudus. Sayangnya, hajat untuk ke Pulau Karimunjawa terbatal padahal kami sudah sampai di jeti sejak awal dinihari. Aku dimaklumkan, musimnya kurang sesuai untuk ke sana. Entahlah, aku hanya menurut. Sebagai ganti, kami di bawa ke Pulau Panjang yang terletak paling hampir. Kurang 30 minit menaiki bot.
Memandang Pulau Panjang |
Pulau Panjang tidak berpenghuni. Luasnya hanya 30hektar. Berjalan kaki keliling pulau mengambil masa selama 2jam. Teringat aku pada kunjungan di Pulau Ubin, waktu ke Singapura dulu. Konsep pelancongannya sama; menjelajah keliling pulau sambil menikmati keindahan alam semulajadi. Barangkali Pemerintah Kabupaten Jepara boleh belajar banyak dari Singapura. Pulau Ubin yang hanya dikelilingi hutan bakau tanpa pantai berpasir landai itu telah diolah dengan baik sampai banyak menghasilkan produk pelancongan. Pulau Panjang yang jauh lebih indah, punya pantai landai berpasir halus, punya hutan hujan ditengahnya, di tambah kesan sejarah berupa makam lama, ternyata masih kurang dimenafaatkan.
Pulang dari Pulau Panjang, kami ke Pantai Bandengan tak jauh dari Pantai Kartini untuk bermandi-manda.
desa ini di Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus |
Mungkin Kampung Rejosari di Johor bersusur-galur dari sini |
Di sini, ke mana saja aku pergi, orang-orang sering menyapa aku menggunakan bahasa Jawa. Padahal mereka belum pernah kenal aku. Barangkali kerana ciri-ciri Jawa masih terlihat pada wajahku membuat mereka tak rasa salah menggunakan bahasa itu. Sayangnya aku tak faham sapaan mereka. Hanya sepatah dua yang sempat aku hafal setelah diajarkan Agos. Ramai juga orang-orang tua kampung yang senang berada dekat denganku. Malah ada yang sampai merangkul bahu. Malangnya kami tak dapat lawan bicara. Mereka tak pandai bahasa Melayu, aku tak mampu berbahasa Jawa. Sudahnya hanya isyarat tangan jadi penjalin silaturrahim.
Banyak sebenarnya kenangan indah di desa ini. Segala yang aku lalui, semuanya manis belaka. Masih terdengar suara merdu lagu tradisional jawa yang didendangkan gadis cantik dalam acara hujung minggu di Kota Kudus, masih ingin melihat ibu-ibu tua mengendong kayu api dengan hanya berkaki ayam berjalan sejauh 3km demi memastikan dapur rumah berasap. Masih teringat kempen calon presiden, Jussof Kalla yang baik budi menghadiahkan dapur dan gas memasak masing-masing satu setiap keluarga. Masih teringin bergurau dengan Siti, anak saudara Agos yang setiap hari mahu belajar Bahasa Inggeris. Masih teringat budi baik kakak kandung Agos yang setiap hari meminta baju kotor untuk di cuci dengan air sungai yang adakalanya menjadi semakin kotor setelah dicuci. Masih aku ingat jiran-jiran Agos yang sanggup terjaga jam 2 pagi demi melihat aku melambaikan tangan meninggalkan Desa Karangrowo yang suci ini.
Sungguh indah semuanya. Selamat tinggal Karangrowo. Semoga kita bertemu lagi. Satu saat yang entah bila.
Baguslah...semoga kamu menikmati semuanya.
BalasPadamAku ada cerita juga yang kutulis sepagi tadi
Udh baca tulisan ini semuanya? cepat benar kamu....
BalasPadamTulisan kamu nanti aku lihat. baru sekarang dapat buka internet.
Aku ni pembaca cepat Li...masak x tau? ;p
BalasPadamKubilang juga apa Li...musim tidak mengijinkan untuk ke Karimunjawa
BalasPadamLihat juga tu foto2 keponakanku...hehehehe
BalasPadam^_^ pengalaman yg berkesan...
BalasPadamHahahahaa...semoga saja rim..
BalasPadamMakmano kau? kebilo nak ke Malang?
Blom ado rencana Cak...hi hi hi, Desember nak ke S'pore n lsg ke KL M'sia...InsyaAllah kalu ado Dinas ke Jawa Timur, main2 ke Malang jg...^_^
BalasPadamYo eee...tapi aku nyasar di Jateng lho, kalo mau ke Jatim kabarin aja
BalasPadamInsyaAllah....^_^
BalasPadamwah sungguh baik dan bagus sekali...thanks for shring the experience s...all the best for your future journey...
BalasPadamPengalaman manis yg indah..thanks..
BalasPadam