Hari ini genap 11 hari temanku dari seberang meloloskan diri dari ditangkap pihak berkuasa Malaysia. Entah apa kabarnya, aku tak tahu. Entah selamat atau tidak dia saat naik perahu meninggalkan Semenanjung lewat jalan gelap membelah selat Melaka menuju Dumai tempohari. Akupun lupa sejenak soal dia gara-gara terlalu menumpukan Ramadhan kali ini. Hanya yang aku tahu, belum ada kemalangan di Selat Melaka yang dilaporkan sepanjang tempoh ini.
Mungkin dia selamat mendarat di Dumai, kemudian bermalam sejenak di sana sebelum meneruskan perjalanan darat menuju Pelabuhan Bakauheni untuk tempoh dua hari lagi. Selepas itu, mungkin dia berangkat naik kapal meninggalkan Sumatera menuju Jawa sebelum selamat tiba ke kampungnya di Kudus, Jawa Tengah. Dan pada hari ini, mungkin dia sudah kembali bersatu dengan keluarganya di Desa Karangrowo, desa asri yang pernah menjadi lokasi inapdesa bagiku setahun yang lalu. Barangkali begitulah.
Tapi, baru tadi aku terima kiriman sms berbunyi begini "mlm bang, bapakku ada tlf apa tidak bang, kok bapakku belum sampai bang? bls". Sms ini datangnya dari Siti, anak temanku yang meloloskan diri itu. Dia kini masih belajar di kelas 3 SMA di Kudus. Biaya sekolahnya sangat bergantung rezeki yang dikais ayahnya selama menjadi pendatang gelap di Malaysia.
Hairan sejenak aku saat menerima sms dari anaknya. Mengikut perkiraan logik, tempoh 11 hari sudah sangat memungkinkan untuk temanku itu sampai ke kampungnya biarpun aku sendiri belum pernah melewati jalan darat sejauh itu. Lantas aku jawab "tidak tahu" dalam bahasa yang paling sopan agar anaknya tidak terlalu bimbang.
Dan inilah jawapan yang aku dapat hasil balasan sms-ku itu; "Bang, q di suruh mak tanya sama abang, mak pengen ke Malaysia, apa kalau mak ke Malaysia abang bisa carikn kerjaan buat mak, bang? buat biaya sekolah sm masa depan q bang. bls"
Mati akal aku terima permintaan seperti itu, terlalu daif rasanya kehidupan mereka. Tidak tahu apa harus ku jawab dari pertanyaan yang sebesar itu. Lalu aku biarkan saja pertanyaan itu terlupakan tanpa dibalas.
Dan dalam situasi begini saat sebahagian teman-teman di sana sibuk berteriak di jalanan, sambil tangannya membakar bendera, kemudian bergabung dalam laskar jihad sambil membawa bambu runcing lalu berteriak ganyang, ganyang dan ganyang yang tanpa sedar sudahpun melukai hati sasarannya; mereka terlupa ada saudaranya di sana yang masih terus mengharap simpati.
M'sia & INA ahh bingung aku ...semoga saja teman mu Fazli bisa selamat sampai ke destinasi apalagi mau lebaran nih.
BalasPadamamin,, semoga ia cepat sampai,,
BalasPadamDilema...moga cepat sadar diri...:-(
BalasPadambahkan kamu masih menyebut "teman-teman" pada yang berteriak ganyang-ganyang itu.
BalasPadamyang berjiwa besar tak banyak, fazli.